Arsip Hidup: Ketika Sejarah dan Spirit Zaman Naik Panggung di Surabaya

28 June, 2025

JURNAL PAPAR, Surabaya – Seni pertunjukan bukan sekadar hiburan. Ia menjadi jembatan waktu menghubungkan sejarah, ideologi, dan spiritualitas dalam satu panggung yang hidup. Hal itulah yang tampak dalam pementasan teater-musik “Imam Al-Bukhari & Sukarno” di Balai Budaya Surabaya, Jumat malam (27/6). Diselenggarakan dalam rangka Bulan Bung Karno 2025, pentas ini menjelma menjadi “arsip hidup” diplomasi Indonesia di masa Perang Dingin.

Diproduksi Bumi Purnati Indonesia bersama DPP PDI Perjuangan dan Yayasan Taut Seni, pertunjukan ini membangkitkan kembali kisah Presiden Sukarno tahun 1956 saat mengunjungi makam Imam Al-Bukhari di Uzbekistan. Perjalanan tersebut bukan hanya ziarah spiritual, tapi bagian dari strategi diplomasi bebas-aktif Indonesia di tengah tarik-menarik pengaruh Uni Soviet dan Amerika Serikat.

“Lewat panggung ini, generasi baru bisa melihat bagaimana Sukarno memakai nilai-nilai spiritual dan budaya sebagai instrumen diplomasi. Ini bukan fiksi. Ini sejarah yang dipanggungkan kembali,” ujar Rano Karno, Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDI Perjuangan.

Teater berdurasi 90 menit itu meramu zikir, dialog dokumenter, dan musik klasik dari dua tradisi: nusantara dan Asia Tengah. Penonton disuguhkan adegan-adegan simbolik pertemuan Sukarno dan Khrushchev, membayangkan percakapan ideologis dalam bahasa kebudayaan yang melampaui politik formal.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menilai pementasan ini sebagai bentuk “pendidikan publik” tentang sejarah luar negeri Indonesia. “Bung Karno mengajarkan kita bahwa politik itu juga soal rasa, soal ruh bangsa. Dan teater ini berhasil menyampaikannya,” katanya.

Lebih dari sekadar tontonan, pentas ini menjadi wahana rekonstruksi memori kolektif bangsa. Wiryanti Sukmdanu, Ketua Bidang Pariwisata dan Kebudayaan DPP PDI Perjuangan, menekankan pentingnya kolaborasi internasional, seperti dengan The Drama Theater of Kattakurgan dari Uzbekistan. “Ini bukan hanya kerjasama seni, tapi juga penguatan identitas budaya dalam diplomasi,” tegasnya.

Tak berhenti di atas panggung, gagasan diplomasi budaya kini merambah lebih konkret. Dalam konferensi pers di Hotel Mojopahit, Jumat siang, disampaikan bahwa sedang digagas program napak tilas ke Uzbekistan, mengikuti jejak Sukarno menuju makam Imam Al-Bukhari sebagai upaya melanjutkan diplomasi spiritual dan sejarah.

Sebagai bagian dari rangkaian Bulan Bung Karno, pertunjukan ini diharapkan menginspirasi generasi muda untuk memandang sejarah bukan sekadar narasi lama, tetapi energi yang bisa dihidupkan kembali melalui seni.

Komentar