Menanti Fajar dari Bunker Kaliadem, Di Kaki Gunung yang Tak Pernah Tidur

14 June, 2025

JURNAL PAPAR, YOGYAKARTA – Waktu baru menunjukkan pukul 03.30 WIB. Langit di ufuk timur masih menyimpan gelapnya malam. Embusan angin dingin mengalir lembut dari lereng Merapi, menyentuh kulit dan menggigit tulang. Tapi justru di saat sunyi inilah, langkah-langkah kaki mulai berdatangan ke Bunker Kaliadem, sebuah saksi bisu keganasan Gunung Merapi yang kini menjadi magnet wisata penuh kesan spiritual dan refleksi.

Dari parkiran jip wisata di kawasan Kinahrejo, sinar-sinar senter dan lampu HP memandu wisatawan mendaki medan berbatu menuju bunker yang terletak di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Perjalanan menembus gelap ini bukan tanpa alasan semua ingin menyambut fajar dari titik pandang terbaik di sisi selatan Merapi.

Bunker Kaliadem dulunya adalah tempat perlindungan bagi warga dan relawan saat erupsi. Kini, ia menjelma menjadi tempat perenungan. Dinding beton tebal dan pintu baja masih berdiri kokoh, namun jejak tragedi 2006 saat dua relawan terjebak di dalam bunker akibat awan panas masih terasa membekas. Beberapa pengunjung bahkan menyempatkan diri menyalakan lilin atau berdoa diam-diam di mulut bunker.

Saat waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB, warna langit mulai berubah. Dari gelap kelam menjadi jingga lembut. Siluet Merapi berdiri angkuh, dengan puncaknya yang kadang tertutup kabut, kadang memperlihatkan kawah yang menganga. Kilatan pertama mentari memecah dingin pagi, membangkitkan decak kagum dan lensa kamera yang serempak berbunyi.

Salah satu pengunjung, Ayu Lestari (28), mengaku sengaja berangkat tengah malam dari Yogyakarta demi pengalaman ini.

"Rasanya beda, ya. Ada rasa haru juga pas lihat bunker. Apalagi pas lihat matahari muncul dari belakang Merapi, bener-bener nggak bisa dilukiskan," ujarnya dengan mata masih berkaca.

Meski hanya berdurasi beberapa menit, momen matahari terbit dari Bunker Kaliadem adalah pengalaman yang membekas. Perpaduan antara keindahan alam, sejarah kelam, dan refleksi spiritual menjadikan kunjungan dini hari ini sebagai perjalanan batin yang utuh.

Bagi sebagian orang, Bunker Kaliadem bukan sekadar spot wisata. Ia adalah tempat untuk berdamai dengan alam, dengan waktu, dan dengan diri sendiri.

Komentar