Batik Gedog Tuban (1): Terancam Punah karena Generasi Mudanya Lebih Suka Binis Online dan Kerja Kantoran

Pembatik senior yang tengah membatik di rumah produksi (Foto: Jurnal Papar/Najib)

Najib Aufani

Wisata

13 May, 2025

JURNAL PAPAR, TUBAN - Di tengah riuhnya dunia digital dan maraknya kerja kantoran, aktivitas membatik di rumah produksi H.M Sholeh di Tuban masih bertumpu pada tangan-tangan perempuan paruh baya. Mereka ini para perajin batik gedog, yang sebagian besar telah mengabdikan hidupnya untuk menggoreskan malam panas di atas kain sejak 2006 silam.

Keterampilan mereka sebagai perajin batik gedog bukan hasil pelatihan instan, melainkan buah dari kebiasaan panjang, turun-temurun, dan pengalaman bertahun-tahun.

“Yang membatik di sini semuanya perempuan. Yang laki-laki cuma bagian pewarnaan saja,” ujar Rasminah, salah satu pembatik yang ditemui Jurnal Papar di rumah produksi batik gedog pada Selasa, 13 Mei 2025.

Minimnya minat dari kalangan muda menjadi keprihatinan tersendiri. Menurutnya, jarang ada anak muda yang tertarik membatik. Kalaupun ada, sebatas anak sekolah yang kunjungan praktek, itu pun hanya beberapa waktu. Ini dikhawatirkan batik khas Tuban akan punah.

Sopi, pembatik lainnya menyebut anak-anak muda kini semakin jauh dari aktivitas membatik. Kalaupun mereka datang, itu pun sebatas kunjungan praktik dari sekolah, dan hanya berlangsung sementara.

“Anak-anak muda sekarang lebih suka kerja yang nggak bikin pegal. Mereka lebih tertarik ke kerja kantoran atau bisnis online. Membatik itu dianggap berat, lama, dan hasilnya nggak instan,” jelasnya sambil meniup ujung cantingnya.

Di saat para pembatik senior semakin menua, regenerasi nyaris mandek. Padahal, membatik bukan hanya urusan ekonomi, tapi juga warisan budaya. Tanpa semangat baru dari generasi muda, batik gedog bisa saja perlahan surut di tengah pusaran zaman. ***