JURNAL PAPAR- Kabupaten Tuban dianugerahi Tuhan geografi yang unik. Ada pantai, daratan tinggi dan rendah. Sehingga, demografi hingga psikografi dari satu dan lain wilayah berbeda, itu wajar terjadi. Program yang dijalankan pemerintah harus sejalan dengan pertimbangan pelbagai aspek yang ada.
Jika ada yang tidak suka, kata-kata templat dari pemerintah adalah kita tidak bisa menyenangkan semua pihak. Betul adanya, saya sepakat. Namun sadarkah Anda ? Sebenarnya Pemerintah Kabupaten Tuban ini luar biasa dalam mengelola rakyatnya. Mereka tahu apa yang dibutuhkan rakyat, tentram dan perut penuh terisi.
Kabupaten Tuban juga disukai oleh pebisnis. Mudah saja, karena di sini relatif nyaman untuk berbisnis. Kondisi politik yang relatif landai. Jurnal Papar adalah contohnya. Banyak proyek nasional yang ada di Tuban. Anda bisa menyebutkannya sendiri tanpa saya bantu.
Namun, di balik semua kesuksesan, saya menemukan suatu ketimpangan di pesisir. Sebagai salah satu jalur pantai utara, Tuban menjadi jalur sibuk setiap harinya. Sayangnya, saya belum memiliki data berapa total volume kendaraan di Tuban setiap jamnya. Pasti ribuan kan ? .
Mari balik ke pesisir.
Saya mengunjungi Kelurahan Karangsari. Saya pernah berkunjung ke sini pada 2021 lalu, waktu saya masih mahasiswa. Kami mau ikut program Wiradesa KEMENDIKBUDRISTEK, kala itu. Kami ingin mengangkat cerita pesisir. Namun karena satu dan lain hal, saya dan tim pindah ke Ponorogo, tepatnya di Desa Plunturan, Kecamatan Pulung. Kami berhasil lolos melawan 4.000 proposal waktu itu.
Ini adalah alasan utama saya kembali ke Tuban, cerita saya tidak tuntas kala itu.
Mengenai karakter masyarakat, saya tidak komplain, karena saya menyadari betul keunikan psikografi dari Kabupaten Tuban ini. Namun, saya terganggu dengan adanya sampah yang semakin menggunung.
Jika pada 2021 lalu saya hanya berkunjung, pada 2025 ini saya menetap, rasanya beda. Awalnya saya berpikir itu adalah sampah warga sekitar. Namun pendapat saya dipatahkan oleh salah satu warga bernama Dwi yang menuturkan bahwa warga sekitar sudah memiliki komitmen untuk menjaga lingkungan, artinya mereka sudah mau tidak membuang sampah di sembarang. Hebat.
Pemuda 30 tahun itu juga menuturkan bahwa bantuan demi bantuan baik dari Pemerintah Kabupaten dan Provinsi pasti ada. Ia tidak menyebutkan selalu. Mulai dari tangki septik dan toilet. TPI yang sudah mati ini adalah TPI tertua di Kabupaten Tuban. Namun, sekarang hanya berfungsi sebagai balai warga dan kegiatan kecil saja. Mengapa, ya ?
Saya memang belum memahami benar karakter masyarakat Tuban sepenuhnya, namun saya juga tidak setuju jika ada kelompok yang dimarjinalkan. Salah. Saya revisi, bukan dimarjinalkan, namun ...
Anda boleh bantu saya untuk mengisi titik itu. Cerita ini baru awal. akan bersambung.
Saya bangga dengan masyarakat Karangsari, senyum dan guyupnya luar biasa. ***
Seri Eksotika Bromo (11): Sorak Tor Se Asat, Ketika Laut dan Gunung Bertemu di Panggung Bromo
Seri Eksotika Bromo (10): Jejak Tradisi di Lautan Pasir, Tarian Ksatria dari Sidoarjo
Eksotika Bromo 2025 (Seri 7): Kolaborasi Seniman dan Masyarakat Tengger, Jadi Magnet Wisata Luar Biasa
Eksotika Bromo (Seri 6): Surga Fotografi, Keindahan di Pinggiran Jalan Menuju Mentigen Hill
Eksotika Bromo 2025 (SERI 4): Ketika Joko Seger dan Roro Anteng Menari di Panggung Bromo
Eksotika Bromo 2025 (Seri 3): Tempat Sujud Manusia Gunung yang Jadi Panggung Olivia Zalianti
Berita Populer & Terbaru
Polling Online
Tidak ada polling tersedia.
