Pasar Kawak: Jejak Sejarah Pasar Kuno di Tuban yang Sudah Ada Sejak Era Kolonial

Jurnal Papar , Tuban - Di bawah pohon randu raksasa yang diyakini telah berdiri sejak sebelum zaman Hindia Belanda, sebuah perayaan kecil bernama “Pasar Kawak” kembali digelar oleh komunitas Kalipijar pada Minggu, 18 Mei 2025.

Bertempat di Desa Penambangan, Kecamatan Semanding, acara ini merupakan upaya menggugah kenangan masa lampau dengan menghadirkan suasana pasar tempo dulu lengkap dengan jajanan lawas, dolanan lawas, dan pentas.

“Sejarahnya, pohon randu ini sudah ada sejak 1868. Ada dokumentasi orang Hindia Belanda berfoto di sini, dan waktu itu pohonnya sudah besar,” ujar Warsono, salah satu anggota komunitas Kalipijar.

Pengunjung yang hadir dibawa dalam suasana masa lalu dengan sistem pembayaran koin. Dengan Rp10.000, pengunjung mendapatkan tiga koin yang bisa digunakan untuk membeli jajanan tradisional seperti cenil, jenang, gulang galing, lupis, es lilin dan lain lain.

“Jadi kita buat semua terasa seperti di masa lalu. Masuk area ini, pengunjung menukar uang dengan koin, baru bisa jajan atau main dolanan,” tambahnya.

Komunitas Kalipijar sendiri memiliki misi untuk menghidupkan kembali budaya dan sejarah lokal, terutama yang ada di Desa Penambangan. Mereka memilih untuk fokus pada desa terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh. Acara Pasar Kawak yang digelar tiap bulan sejak Februari 2025 ini telah memasuki edisi keempat.

Selain kuliner dan permainan, panggung seni juga menjadi daya tarik utama. Anak-anak TK tampil dengan drum band, pentas menari, dan yang paling mencuri perhatian pentas wayang oleh seorang dalang cilik berusia lima tahun. Semua hadir dalam satu ruang yang tidak hanya menghibur, tapi juga embangkitkan memori masyarakat.

Dengan hadirnya “Pasar Kawak,” Kalipijar membuktikan bahwa nostalgia bisa menjadi media ampuh untuk merawat identitas lokal. Dan di bawah pohon randu tua itu, memori lama pun kembali hidup dalam senyum anak-anak dan langkah kaki pengunjung yang menyusuri jejak-jejak masa silam. ***