Karangsari Bukan Karangsampah. - Seri 3

05 July, 2025

Jurnal Papar, Tuban - "Asal sampeyan , red - Anda tahu, Lurah Kalisari pasti akan memiliki perjalanan karir yang luar biasa setelah memimpin warga disini." Ujar Dwi sebagai pembuka percakapan. Ada yang setelah itu jadi Sekretaris Kecamatan, Camat dan lain sebagainya.

Hati saya berisik.

Asumsi saya, Karangsari menjadi salah satu tonggak politik penting di wilayah Kecamatan Tuban. Dugaan ini belum valid. Saya enggan menuliskan dugaan tanpa fakta. Jadi saya akan kembali untuk menanya lebih lanjut lagi. Kita akhiri percakapan soal pejabat sampai disini.

Hujan lebat itu terjadi pada pukul setengah empat-an waktu indonesia bagian tuban, eh, barat. 

Sembari menemani Najib mewawancarai ibu yang sedang membungkus teri nasi, saya duduk di samping. Menggigil dan mencerna apa yang saya temukan sebelum hujan. Saya sempat berkeliling. Niatnya nostaldia, eh nostalgia.

Tibalah kaki saya di pabrik pengolahan ikan.

Ketika saya berkunjung pada bulan juni empat tahun lalu, pabrik itu aktif sekali. Bau ikan semerbak. Ibu-ibu memotong dan memilah ikan. Bapak-bapak menjemur dan memindahkan tong. Tidak ada yang berhenti bergerak. Semua aktif. Namun, sekarang tak berbau.

Tempat yang seharusnya menjadi nostalgia saya, sekarang diam. Beralih fungsi : dipakai bermain oleh anak-anak, menjadi jemuran warga, hingga ditempati kandang ayam pula. Sunyi. Tempat itu berhadapan langsung dengan laut. Dahulu bersih, sekarang seperti terbengkalai. Saya yakin tempat itu masih aktif, namun saya tidak melihatnya langsung.

Di depan pabrik pengolahan ikan itu, ada sebuah perahu nelayan yang terbelah dua. Jemuran sampah. Saya beranikan diri untuk berjalan di atas tumpukan sampah itu. Karena rasa penasaran yang tinggi, saya memegang beberapa plastik sampah.

Saya mengambil satu sampah plastik mie yang agak pucat. Saya baca tanggal kadaluwarsa produknya adalah 2010. Ada juga minuman sachet  yang baru kedaluwarsa.  Artinya, sampah itu boleh jadi dibawa arus laut. Posisinya juga tersampir seperti jemuran.

Tidak mungkin itu semua adalah milik warga sekitar. Sedang  lokasinya di bibir pantai, sangat mustahil. Warga mungkin menyumbang, namun pasti tidak semua. Di bawah tempat menjemur ikan juga ada sampah. Sampah itu mencuat dari bawah tanah. Seakan mereka sengaja dikubur untuk membuat tanah menjadi padat.

Pada saat bersamaan saya melihat dua anak kecil yang asyik bermain air di belakang rumah mereka. Tepatnya di sebelah barat. Matahari juga sedang cantik-cantiknya. Angin sepoy juga meniup layangan bocah itu tinggi sekali. Warga disini terlihat senang semua. Dari tadi saya tidak menemukan warga yang cemberut. kata gen-z, positive vibes, red - suasana positif.

Ketika hendak menemui bapak-bapak yang sedang berkumpul di tempat itu, saya di telfon oleh tim, acara barikan itu mau dimulai, akhirnya saya urung bertanya. 

Warga Karangsari sering disalahpahami tidak menjaga kebersihan. Mereka juga korban.

(*Bersambung