
PAPAR, TUBAN — Kalau bicara soal makanan unik, Tuban memang tak pernah kehabisan cerita. Salah satu yang paling menarik perhatian dan juga paling ekstrem adalah Ampo. Iya, ampo. Camilan tradisional yang satu ini bukan terbuat dari tepung atau bahan biasa seperti umumnya jajanan pasar. Tapi dari tanah liat. Betul, tanah liat!
Ampo ini bukan tanah liat sembarangan. Harus tanah yang masih murni, steril, tak tercampur pasir, kerikil, apalagi kotoran. Jenis tanah yang dipakai pun khusus: tanah latosol. Tanah ini dikenal punya tekstur halus, lembut, dan cocok untuk dibentuk tanpa menyisakan rasa kasar di mulut.
Buat yang belum pernah coba, rasanya unik. Katanya mirip cokelat yang dicampur kopi, tapi dengan sentuhan gurih. Dulu, camilan ini dibuat karena kondisi zaman yang sulit. Konon, ampo sudah ada sejak masa penjajahan Belanda, sekitar 350 tahun lalu. Di saat makanan sulit didapat, nenek moyang kita mencari alternatif lain. Maka lahirlah ampo, makanan dari tanah.
Cara pembuatannya pun masih tradisional. Tanah dipadatkan, dibentuk seperti balok kecil, lalu diserut pakai alat dari bambu—mirip stik es krim. Setelah itu, hasil serutan diasapi di atas tungku hingga kering. Tidak dimasak dengan api, tapi cukup diasapi agar bisa tahan lama.
Yang menarik, di Tuban, ampo masih banyak dicari ibu-ibu hamil. Entah karena rasanya yang gurih atau karena kepercayaan turun-temurun, banyak yang yakin ampo bisa memperkuat kandungan. Bahkan, ada yang rela datang jauh-jauh ke rumah produsennya langsung demi mendapatkan ampo yang asli.
Tak hanya sebagai camilan, masyarakat juga percaya kalau ampo punya khasiat menyembuhkan. Katanya bisa meredakan demam, diare, bahkan gatal-gatal. Efek dingin dari tanah latosol inilah yang dipercaya bisa membantu proses penyembuhan.
Sayangnya, di tengah gempuran makanan modern dan fast food, ampo mulai dilupakan. Eksistensinya makin memudar. Saat ini, di Tuban, tinggal satu keluarga saja yang masih bertahan memproduksi ampo: Mbah Rasimah dan anaknya, yang tinggal di Dusun Trowulan, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding.
Ilmu membuat ampo itu mereka dapat dari buyutnya, turun-temurun. Dan kini, merekalah satu-satunya penjaga warisan tradisi ini.
Makanan dari tanah mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, tapi ampo bukan sekadar camilan. Ia adalah saksi bisu bagaimana leluhur kita bertahan hidup, berkreasi, dan menemukan rasa bahkan dari tanah sekalipun.
Kalau ke Tuban, sempatkanlah mencicipi. Karena dari tanah pun, ternyata bisa lahir rasa.
Tag
Berita Terkait

Silowo Ekowisata: Destinasi Wisata Alam di Tuban yang Segarkan Mata, Cocok Buat Liburan Keluarga

Batik Gedok Tuban (2): Masih Serba Manual, Diburu Konsumen karena Bernilai Warisan Budaya

Batik Gedog Tuban (1): Terancam Punah karena Generasi Mudanya Lebih Suka Binis Online dan Kerja Kantoran

Hari Raya Waisak di Tuban, Klenteng Tebesar se Asia Tenggara Kwan Sing Bio tak Gelar Acara Spesial

Jadi Wisata Terpopuler, 4 Air Terjun di Tuban ini Begitu Indah dan Menyegarkan, Cocok Buat Pecinta Fotografi
Tag
Arsip
Berita Populer & Terbaru












































































Polling Online
Tidak ada polling tersedia.