Kontennya Selalu Viral, Pak Purnomo si 'Polisi Baik' itu Ternyata Rawat ODGJ dan Warga Telantar

01 July, 2025

JURNAL PAPAR, Lamongan – Aipda Purnomo, anggota Polres Lamongan, dikenal warga sebagai “Pak Purnomo Polisi Baik”. Julukan itu bukan tanpa alasan. Ia mendedikasikan hidupnya untuk merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), pengguna narkoba, hingga orang-orang telantar yang kerap diabaikan masyarakat.

Semua berawal dari satu momen saat ia pulang dinas dan menemukan seorang perempuan ODGJ telantar di pinggir jalan tanpa pakaian. Ia bawa pulang, dirawat, dan diberi makan. Dari sanalah ia mulai rutin menyisir jalanan, menjemput ODGJ, dan orang-orang terlantar. Dalam sehari, ia bisa membawa pulang lima orang untuk dirawat.

"Dulu saya pulang dinas, saya liat ada orang telanjang, kasian saya pak. Lalu saya bawa pulang dan saya rawat," ungkap Purnomo saat ditemui Jurnal Papar pada Sabtu, 29 Juni 2025.

Awalnya semua biaya ia tanggung sendiri. Ia pernah berjualan telur, hasilnya digunakan untuk operasional perawatan. Telurnya diberi tulisan semacam bakti untuk sosial, dan banyak orang mendukung, sampai ada yang beli satu telur Rp100 ribu, bahkan satu kilo sampai Rp1 juta. Tapi setelah donasi sempat sepi, ia tetap lanjut dan akhirnya mendirikan yayasan pada 2017.

Sekarang, yayasan miliknya, Yayasan Berkah Bersinar Abadi merawat sekitar 240 pasien. Ada sekitar 20 orang yang sedang menjalani rehabilitasi narkoba. Menurut Pak Pur, sapaan akrab dia, baru-baru ini ada empat pasien ODGJ yang dinyatakan sembuh total.

Dulu, sistem perawatannya masih terbatas: dirawat tiga bulan, lalu dicari keluarganya untuk dijemput. Tapi sekarang sudah berubah. Pasien dirawat sampai sembuh. Biaya perawatan bagi yang mampu adalah sekitar Rp3,5 juta per bulan.

Biaya itu mencakup makanan enak, obat dengan kualitas terbaik, tempat tidur yang layak, dan berbagai kebutuhan lain. Tapi sebagian besar pasien dirawat secara gratis.

"Kalau bayar itu ya memang untuk kebutuhan, karena kita tahu sendiri, kita perlu obat dan makanan. Kalau makanan mungkin masih cukup, tapi kalau obat, itu mahal sekali." sebut Pak Pur.

"Semuanya dikembalikan untuk kebutuhan pasien," tambahnya.

Yang menarik, di yayasan ini pasien tidak hanya makan dan minum. Mereka diajak aktif, mulai olahraga, bersih-bersih lingkungan, dan juga ibadah. Shalat jadi bagian dari terapi di sana. Jadwal ibadah diatur, dan semua diajari untuk ikut.

Pak Purnomo juga aktif bikin konten YouTube sejak masa COVID-19. Bahkan kontennya kerap viral di medsos. Penghasilannya dari sana juga digunakan untuk mendukung kegiatan sosial. Di tengah kesibukannya, ia masih sempat bantu mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Ia kasih beasiswa. Syaratnya cuma dua: kirim foto setelah salat Subuh, dan jangan merokok.

Yayasannya sekarang sudah lebih lengkap. Sudah ada psikiater tetap, dokter dari Dinas Kesehatan di bawah Dinas Sosial, dan sedang dalam proses mendirikan apotek sendiri. Semuanya demi meningkatkan layanan perawatan.

"Sebentar lagi juga mau kita adakan apotek untuk yayasan ini, karena agar akses obat obatan lebih mudah juga." Jelasnya

Meski niatnya baik, tantangan tetap ada. Banyak orang datang meminta bantuan, bahkan ada yang datang cuma untuk minta modal buka warung kopi.

“Hampir tiap hari ada aja yang datang ke rumah. Tapi ya, selama bisa bantu, saya bantu,” kata Pak Purnomo.

Pernah juga ada kejadian salah satu pasien mengaku dipukul penghuni lain. Pak Purnomo langsung turun tangan, menyelesaikan dengan baik. Pasien diberi pengertian agar suasana tetap tenang.

Kini, rumah dan yayasan Pak Purnomo bukan hanya tempat tinggal, tapi juga tempat pemulihan dan harapan. Di sana, orang-orang yang selama ini tidak dianggap, akhirnya bisa kembali pulih, kembali punya arah hidup.

Pak Purnomo memang bukan pejabat tinggi, bukan juga orang yang cari panggung. Tapi lewat tindakannya yang konsisten, polisi baik ini menunjukkan bahwa kebaikan itu nyata dan bisa ditemukan dimanapun. ***