
JURNAL PAPAR, SYDNEY - Di antara gedung pencakar langit dan lalu lintas pejalan kaki yang sibuk di pusat kota Sydney, ada satu tempat yang menyajikan lebih dari sekadar makanan: Pandawa Restoran Indonesia. Di sinilah, rasa rindu pada kampung halaman dijawab lewat sepiring nasi hangat, sambal pedas, dan senyum ramah dari para pelayan yang seolah berkata: “Selamat datang di rumah.”
Restoran ini mungkin baru berganti nama dari Garam Merica menjadi Pandawa, tapi kisah di baliknya adalah perjalanan panjang tentang rasa, budaya, dan kerinduan.
“Awalnya, kami hanya ingin menghadirkan makanan halal Indonesia yang otentik di Australia. Tapi lama-lama, kami sadar… para pelanggan datang bukan cuma karena makanannya,” ujar Antonius Auwyang, salah satu pendiri. “Mereka datang karena mereka merasa seperti pulang.”
Nama Pandawa, yang kini resmi menjadi identitas baru restoran ini, dipilih bukan asal-asalan. “Karakter Pandawa dalam kisah Mahabharata menggambarkan nilai-nilai yang ingin kami pegang: kejujuran, keberanian, dan keteguhan hati,” kata Antonius.
Bersama dua rekannya—Sugiarto Wijono dan Lily Tenacious Wijono, trio ini membangun Pandawa bukan hanya sebagai bisnis kuliner, tapi sebagai penjaga rasa dan kenangan. Mereka ingin setiap pengunjung, baik diaspora Indonesia, pelajar, turis, hingga warga lokal, bisa mencicipi kehangatan Indonesia dalam bentuk paling sederhana: seporsi nasi dan sambal.
“Yang paling dicari itu justru yang paling sederhana. Nasi Bungkus Pandawa, misalnya. Bungkusannya pakai daun pisang, sambalnya khas. Dan tiap kali orang makan, selalu ada yang bilang: ‘Ini rasanya kayak masakan ibu saya dulu,’” kenang Sugiarto sambil tersenyum.
Tak heran jika Pandawa kini menjadi salah satu restoran Indonesia paling dibicarakan di Sydney. Dengan lebih dari 3.900 ulasan online dan rating 4.9, Pandawa bukan hanya tempat makan—ia telah menjadi ruang pertemuan antara rasa dan rasa rindu.
Di ruangannya yang hangat dan lapang dengan kapasitas lebih dari 150 tempat duduk dan ruang VIP suasana terasa lebih seperti ruang keluarga daripada restoran. Di dinding, aroma rempah-rempah Indonesia bercampur dengan tawa anak-anak diaspora yang menikmati es doger untuk pertama kalinya.
“Kadang kami terharu. Ada pelanggan yang datang jauh-jauh dari kota lain hanya untuk makan bakso Pandawa atau sate ayam kami,” ujar Lily, matanya berbinar.
Buka setiap hari dan selalu ramai, Pandawa bukan sekadar destinasi kuliner, tapi juga menjadi tempat berbagi cerita dan melepas rindu, terutama bagi mereka yang jauh dari tanah air.
Bagi warga Sydney yang ingin tahu seperti apa rasanya pulang ke Indonesia, cukup datang ke 220 Pitt Street. Di sanalah, Pandawa menyambut setiap orang seperti keluarga dengan sepiring nasi hangat, segelas es cendol, dan sambal yang tak pernah kompromi soal rasa.
Tag
Berita Terkait
Tag
Arsip
Berita Populer & Terbaru


















































































































































































































































































































































































































Polling Online
Tidak ada polling tersedia.