Alami Layanan tak Mengenakkan di Puskesmas Bulu Tuban, Warga Terpaksa Pindah Faskes

13 July, 2025

JURNAL PAPAR, Tuban – Pelayanan Puskesmas Bulu kembali menjadi sorotan. Sejumlah warga Kecamatan Bancar, khususnya di wilayah Bulu dan sekitarnya, mengaku enggan berobat ke Puskesmas setempat karena kecewa dengan pelayanan yang dianggap lamban, tidak tanggap, dan cenderung menyepelekan kondisi pasien.

Keluhan ini mencuat lagi usai insiden yang menimpa Moh Khoirul Mustaqim (12), warga yang sebelumnya menjalani perawatan di Puskesmas Bulu tanpa penanganan lanjutan yang dianggap memadai. Kondisinya sempat nyaris kritis sebelum akhirnya mendapatkan penanganan lebih serius di fasilitas kesehatan lain.

Wajib, salah satu warga Banjarjo, menyebut bahwa fenomena warga pindah fasilitas kesehatan (faskes) sudah berlangsung lama.

“Kalau pelayanan Puskesmas memang kurang, makanya banyak sekali warga yang pindah faskes. Kebanyakan berobat di luar, karena sudah malas,” ujarnya saat ditemui Rabu 9 Juli 2025

Keluhan serupa juga disampaikan Y (32), warga Desa Bulu. Ia menceritakan pengalaman pahit saat membawa ayahnya yang mengidap hernia ke Puskesmas Bulu. Sudah tiga hari sang ayah tak bisa makan karena sakit, namun begitu tiba di puskesmas, penanganan tidak langsung diberikan. Petugas justru menanyakan status BPJS terlebih dahulu.

“Saya jawab punya, tapi katanya tidak aktif. Disuruh aktifkan dulu, saya urus, tetap tidak bisa. Padahal bapak saya butuh penanganan cepat. Tapi kata kepala puskesmas tidak apa-apa,” ujarnya saat dikonfirmasi melalui panggilan telefon Sabtu, 12 Juli 2025

Karena tak kunjung ditangani, ia pun membawa sang ayah ke RS Jatirogo. Di sana langsung ditangani, bahkan dirujuk untuk operasi ke RS Singgahan. “Alhamdulillah, sekarang bapak saya sehat,” tambahnya.

Cerita lain datang dari AH (38), warga Bulujowo. Ia harus menjemput paksa istrinya dari ruang rawat inap Puskesmas karena merasa tidak ada tindakan yang jelas. Sang istri mengalami sakit perut parah setiap malam, namun selama empat hari opname tidak ada tindakan medis berarti.

“Tanya perawat, tanya dokter, katanya masih diperiksa. Akhirnya saya bawa ke RSI Arafah, dokter ada sembilan yang menangani. Ternyata ginjalnya bengkak,” ungkapnya, dalam panggilan telefon.

AH juga mengingat pengalaman sebelumnya, ketika salah satu keluarganya kembali mengeluhkan sakit usai pulang dari Puskesmas setelah salat tarawih. Niat hati ingin mendapatkan tindakan medis segera karena kondisi semakin parah setelah sahur, justru hanya diberi obat lagi oleh petugas.

“Yang awal saja belum habis, kok malah dikasih obat lagi. Akhirnya saya lempar obatnya ke petugas, dan saya bawa langsung ke Tambakboyo. Di sana langsung ditangani lima perawat tanpa bertele-tele,” kenangnya.

Berbagai kesaksian warga ini menambah panjang daftar keluhan terhadap pelayanan di Puskesmas Bulu. Minimnya respons cepat, alur birokrasi yang rumit, serta sikap petugas yang dianggap kurang sigap membuat sebagian warga merasa tak punya pilihan lain selain berobat ke fasilitas kesehatan di luar kecamatan.

Sebelumnya, Kepala Puskesmas Bulu, dr. Jamiati menyatakan bahwa semua penanganan pasien dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP). Ia mencontohkan soal anak tekena DBD yang ramai dibicarakan. 

“Hasil laboratorium berasal dari mesin, dan saat itu tidak menunjukkan gejala mengarah ke DBD. Kalau panas berlanjut, silakan kembali untuk tes ulang,” ujarnya saat diwawancarai Kamis 10 Juli 2025 lalu.

Ia juga menyampaikan bahwa Puskesmas melayani lebih dari 100 pasien per hari dan telah menyediakan sarana pengaduan melalui kotak saran.

“Kami ada tim pengaduan, monggo disampaikan. Tapi ya memang sehari bisa di atas 100 pasien,” tambahnya. ***