Pelayanan Puskesmas Bulu Dikeluhkan Warga Tuban, Dinilai Lambat dan Kurang Tanggap

11 July, 2025

JURNAL PAPAR, Tuban – Keluhan terhadap pelayanan Puskesmas Bulu, Kecamatan Bancar, kembali mencuat setelah sejumlah warga menyampaikan pengalaman pribadi mereka melalui media sosial. Komentar-komentar tersebut muncul setelah Jurnal Papar mempublikasikan kronologi dugaan penanganan tidak optimal terhadap pasien anak bernama Khoirul Mustaqim (12), warga Kradenan, yang sempat dalam kondisi kritis akibat gejala demam berdarah (DB).

Wajib, salah satu relawan yang kerap mendampingi warga berobat, mengungkap bahwa keluhan serupa sebenarnya sudah lama terdengar di Puskesmas Bulu.

“Kalau keluhan masyarakat itu banyak sekali, mas. Bahkan masyarakat banyak yang memilih berobat di Rembang ataupun Jatirogo, daripada di Puskesmas Bulu,” ujarnya saat ditemui langsung pada Kamis 10 Juli 2025.

Nazila, salah satu warga lainnya, menuturkan pengalamannya saat membawa sang nenek yang menderita hernia ke Puskesmas Bulu.

“Katanya tidak apa-apa dan disuruh pulang. Padahal kondisinya sudah parah. Akhirnya saya bawa ke Jatirogo dan langsung ditangani. Bahkan harus dioperasi hari itu juga,” tulisnya di kolom komentar.

Cerita serupa juga disampaikan Ruchsan. Ia menyebut mertua yang hanya mengalami luka seperti cantengan tidak langsung dirujuk meski memiliki riwayat diabetes.

“Sampai saya periksakan ke RS. Ali Mansur, ternyata sudah terlambat. Ujung-ujungnya harus diamputasi. Padahal semestinya bisa dicegah kalau cepat ditangani,” keluh Ruchsan.

Kritik juga datang dari Abdul Amin yang menyinggung sikap pihak Puskesmas Bulu yang dianggap terlalu kaku dalam menerapkan prosedur administrasi saat menangani kasus kecelakaan lalu lintas. Menurutnya, seorang pasien dengan kondisi kritis tidak segera dirujuk ke rumah sakit lantaran belum membayar biaya ambulans.

“Padahal sudah ditinggal BPKB dan STNK sebagai jaminan, tapi tetap tidak diizinkan. Akhirnya pihak keluarga mencari pinjaman uang ke pengunjung lain,” tulisnya.

Sejumlah warga juga menyoroti sikap beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas Bulu yang dinilai tidak ramah.

“Pengalaman saya pribadi, masih banyak perawat yang judes, seolah memandang sebelah mata. Padahal dokter-dokternya baik,” kata Devi, salah seorang pasien.

Silvi, warga lain, menyampaikan kekecewaannya sejak beberapa waktu lalu saat membawa neneknya yang nyaris stroke.

“Katanya tidak kenapa-kenapa dan disuruh pulang. Sejak saat itu kami sekeluarga tidak pernah kembali ke Puskesmas Bulu,” ujarnya.

Menanggapi berbagai keluhan ini, Kepala Puskesmas Bulu, dr. Jamiati sebelumnya menyatakan bahwa semua penanganan pasien dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP). Ia mencontohkan soal anak tekena DBD yang ramai dibicarakan. 

“Hasil laboratorium berasal dari mesin, dan saat itu tidak menunjukkan gejala mengarah ke DBD. Kalau panas berlanjut, silakan kembali untuk tes ulang,” ujarnya saat diwawancarai Kamis 10 Juli 2025 lalu.

Ia juga menyampaikan bahwa Puskesmas melayani lebih dari 100 pasien per hari dan telah menyediakan sarana pengaduan melalui kotak saran.

“Kami ada tim pengaduan, monggo disampaikan. Tapi ya memang sehari bisa di atas 100 pasien,” tambahnya.

Meski demikian, maraknya keluhan menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan antara prosedur medis dan pelayanan berbasis empati. Warga berharap evaluasi dilakukan menyeluruh, bukan hanya dari sisi teknis medis, tapi juga dalam hal komunikasi dan respon terhadap kondisi darurat. ***