Mahasiswa Unirow Tuban Gelar Seminar Digital Marketing, Dorong UMKM Tape Ketan Desa Tawaran Go Digital

JURNAL PAPAR, Tuban – Mahasiswa Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow) yang tengah menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tawaran, Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban, menggelar seminar digital marketing bagi pelaku UMKM lokal.

Fokus utama seminar ini adalah memperkenalkan strategi promosi digital bagi produsen tape ketan, kuliner khas yang sudah lama menjadi andalan desa tersebut

Desa Tawaran dikenal sebagai sentra tape ketan, yang dibuat secara tradisional oleh warga sejak puluhan tahun lalu. Namun, pemasaran produk tersebut hingga kini masih mengandalkan sistem penjualan langsung. Hanya sebagian kecil yang mencoba promosi melalui WhatsApp, itupun umumnya dilakukan oleh anak-anak dari para penjual yang sudah berusia lanjut.

Melalui hasil survei lapangan, mahasiswa Unirow menemukan bahwa mayoritas produsen tape belum memiliki pengetahuan memadai soal branding maupun promosi produk lewat media sosial. Hal inilah yang mendorong mereka untuk menyelenggarakan seminar praktis, agar pelaku UMKM dapat memahami langkah-langkah dasar dalam membangun identitas produk dan memanfaatkan platform digital

“Kebanyakan masih jualan langsung. Mereka belum tahu cara pasarkan produk secara online. Bahkan media sosial belum dimanfaatkan maksimal, padahal potensinya besar,” Ujar Febrian Achmad Aden, Ketua KKN Tawaran.

Dalam seminar tersebut, peserta dikenalkan dengan konsep dasar branding, pentingnya kemasan, serta penggunaan media sosial seperti Instagram, Facebook, Tik-Tok hingga WhatsApp Business. Mahasiswa juga menunjukkan contoh-contoh promosi visual sederhana yang bisa dilakukan hanya dengan ponsel.

Tape ketan Desa Tawaran sendiri punya keunikan yang membedakannya dari produk sejenis di daerah lain. Proses fermentasi menggunakan daun ploso sebagai pembungkus dipercaya mempercepat proses dan memberi rasa khas. Pewarna yang digunakan juga alami, berasal dari daun katuk dan daun suji. Air yang dipakai untuk membuat tape pun berasal dari mata air lokal, yang menurut warga setempat berpengaruh besar pada rasa tape.

“Kalau orang Tawaran bikin tape, pasti pakai air dari mata air sini. Itu rahasianya,” Jelas Febrian, menjelaskan salah satu cerita warga.

Tape ketan di desa ini bukan hanya produk ekonomi, tapi juga simbol budaya. Setiap tahun, warga menggelar Grebeg Tape, sebagai bentuk syukur dan pelestarian tradisi turun-temurun. Namun, sayangnya, potensi ini belum sepenuhnya diangkat melalui media promosi modern

Melalui program ini, mahasiswa Unirow berharap agar pelaku UMKM bisa lebih mandiri dalam memasarkan produk secara daring. Mereka juga mendorong terbentuknya identitas merek lokal yang kuat, agar tape ketan Tawaran tidak hanya dikenal di pasar tradisional, tetapi juga merambah pasar yang lebih luas.

Tak berhenti di seminar, mahasiswa KKN juga merencanakan pendampingan lanjutan dalam pengembangan produk olahan tape, seperti brem dan madu mongso. Harapannya, komoditas kuliner khas Desa Tawaran bisa naik kelas dan punya nilai jual lebih tinggi di pasar digital.

Dengan pendekatan praktis dan berbasis potensi lokal, mahasiswa Unirow mencoba menjembatani generasi lama produsen tape dengan dunia pemasaran modern. Sebuah upaya sederhana yang bisa membuka jalan panjang bagi masa depan UMKM desa.