Bahaya Screen Time Berlebih: Anak Rentan Depresi dan Gangguan Tidur

28 July, 2025

SURABAYA, JURNAL PAPAR — Kekhawatiran terhadap dampak penggunaan gawai berlebihan pada anak kembali mencuat. Penelitian terbaru yang dilakukan Guru Besar Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof. Nanik Indahwati, mengungkapkan bahwa rata-rata siswa SMP di Surabaya menghabiskan waktu screen time hingga 5,9 jam per hari atau 41,3 jam dalam seminggu.

Penelitian ini dilakukan terhadap 355 siswa SMP di Surabaya berusia 12–15 tahun selama tahun 2024. Hasilnya menunjukkan tingginya durasi penggunaan layar, baik melalui smartphone maupun monitor, berisiko mengganggu kesehatan fisik, motorik, hingga kondisi mental anak.

“Sebanyak 91,5 persen dari waktu screen time digunakan untuk mengakses media sosial dan bermain gim, hanya 8,5 persen yang berkaitan dengan kegiatan belajar atau pekerjaan,” ujar Nanik seperti disampaikan dalam kanal YouTube resmi Unesa, Minggu (27/7/2025).

Durasi screen time terbanyak tercatat terjadi pada malam hari (70,7 persen), diikuti sore hari (21,1 persen), siang (7,3 persen), dan hanya 0,8 persen di pagi hari karena aktivitas belajar formal.

Dampak dari paparan layar berlebih tersebut sangat signifikan. Anak-anak menjadi rentan mengalami gangguan kecemasan, depresi, serta kesulitan berkonsentrasi. Tidak hanya itu, mereka juga menunjukkan perilaku impulsif kecenderungan mengambil keputusan secara tiba-tiba tanpa memikirkan konsekuensi.

“Masalah ini juga berdampak pada pola makan dan tidur yang berantakan, serta mengganggu struktur dan fungsi otak yang mengatur daya pikir dan emosi,” jelasnya.

Kurangnya aktivitas fisik dan minimnya interaksi sosial langsung juga menjadi perhatian dalam studi tersebut. Padahal, kedua aktivitas itu berperan penting dalam meningkatkan mood, menurunkan stres, dan mengembangkan keterampilan sosial serta empati.

Selain itu, paparan cahaya biru dari layar menghambat produksi hormon melatonin yang penting untuk tidur, sehingga berdampak pada ritme sirkadian tubuh. Akibatnya, kualitas tidur anak menurun, yang kemudian berpengaruh langsung pada kestabilan emosi dan ketahanan terhadap stres.

Melihat temuan ini, Nanik menekankan pentingnya peran orang tua dan sekolah dalam mengatur durasi screen time anak. “Orang tua perlu membatasi waktu layar sesuai anjuran usia. WHO merekomendasikan maksimal 2 jam per hari bagi anak usia 5–17 tahun. Selain itu, harus ada pendampingan dalam memilih konten yang edukatif dan sesuai usia,” imbaunya.

Ia juga mengajak semua pihak untuk aktif mendorong anak berolahraga dan membangun interaksi sosial secara langsung sebagai langkah preventif terhadap risiko kesehatan jangka panjang.***


Komentar