
JURNAL PAPAR, Tuban - Di sebuah sudut sunyi Dusun Tanggungan, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tubam berdiri sebuah rumah sederhana yang menyimpan cerita panjang tentang dedikasi, keluarga, dan warisan rasa. Sejak tahun 1983, rumah ini menjadi pusat produksi tempe rumahan yang dikelola oleh sepasang suami istri, Sumarni dan Wardi.
“Dulu itu saya meneruskan sebetulnya, Mas,” ujar Bu Marni, sapaan akrabnya saat ditemui Jurnal Papar, Kamis, 29 Mei 2025.
“Dulu punya Bu Lek saya, terus dilanjut sama Mbah Nang. Dari dulu ya cuma sama Mbah Lanang,” sambunya.
Cerita itu menggambarkan bahwa usaha ini adalah tongkat estafet yang terus dijaga, bukan hanya untuk menyambung hidup, tapi juga menjaga tradisi.
Di sisi rumah mereka, proses produksi tempe berlangsung saban hari. Mulai dari pencucian kedelai, penggilingan, pembersihan ulang, proses peragian, hingga mendiamkan kedelai selama empat hari hingga menjadi tempe siap jual.
“Kalau produksi biasanya paginya direbus, malam diragi, bisa dua malam, Mas, baru siap diedarkan,” jelas Marni.
Harga tempe mereka tergolong terjangkau, dengan kisaran Rp1.500 untuk ukuran reguler dan Rp700 untuk ukuran kecil. Distribusinya pun masih bersifat lokal.
“Dibawa jualan, diantar ke pasar-pasar, biasanya Pasar Plumpang,” ujar Wardi, sembari tersenyum.
Kedelai sebagai bahan utama dikirim dari wilayah Babat dan Borno, dari langganan tetap yang sudah dipercaya selama bertahun-tahun. “Ini dikerjakan sekeluarga, kadang juga dibantu tetangga. Setiap hari bikin. Kalau nggak ada kebutuhan mendesak, ya nggak pernah libur,” imbuh Marni.
Dalam sehari, mereka mengolah sekitar 35 kg kedelai. Jumlah tempe yang dihasilkan tidak dihitung per biji, tapi berdasarkan takaran kilo kedelai yang dipakai.
“Kalau dulu pakai daun, tapi zaman sekarang sudah ada plastik ya kita pakai plastik. Hahaha,” canda Pak Wardi, mengenang masa lalu dengan hangat.
Meski industri tempe kini menjamur dan berkembang secara masif, usaha kecil ini tetap bertahan dengan caranya sendiri. Sederhana, tapi penuh cinta dan konsistensi. Di tengah perubahan zaman, rumah produksi tempe Bu Marni dan Pak Wardi adalah saksi bisu bahwa warisan kuliner bisa tetap hidup jika dirawat oleh tangan-tangan yang setia. ***
Berita Terkait

Digelar 31 Mei-1 Juni, Jurnal Papar Siap Ramaikan B&M Fest 2025 dengan Konsep Interaktif dan Penuh Ekspresi

Jelang Idul Adha, Ini Update Terbaru Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Tradisional Tuban

Aulia Mustikasari Makin Mocer! Karir Politik Melambung, Kini Diganjar Penghargaan Berkat Batik Gedog Tuban

Mau Usaha Naik Kelas? Ini Cara Urus Sertifikasi Halal dan Merek di Tuban via Online, Gratis Tis!

Serapan Belanja Pemerintah Pusat di Tuban Lesu, DAK Fisik dan Dana Desa Masih Nol Rupiah
Tag
Arsip
Berita Populer & Terbaru


















































































































































































































































































Polling Online
Tidak ada polling tersedia.