Kisah Spiritual Goa Maria Wening Kalbu, dari Cahaya Ajaib hingga Ramai Peziarah

01 June, 2025

JURNAL PAPAR, YOGYA — Di tengah sunyinya lereng Dusun Wonosari, Desa Jurang Jeru, Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, berdiri sebuah tempat doa yang menyatu dengan alam: Goa Maria Wening Kalbu. Tempat ini bukan sekadar destinasi rohani, tapi juga perjalanan batin yang harus dilalui dengan penuh ketekunan—melewati 251 anak tangga yang menanjak dan meliuk di antara pepohonan.

Sesampainya di atas, lelah seketika terbayar dengan ketenangan yang menyelimuti. Tak ada gemerlap, tak ada hiruk-pikuk. Hanya suasana hening dan damai, seakan mengajak setiap pengunjung menenangkan hati—sesuai namanya: Wening Kalbu, yang berarti beningnya hati.

Goa Maria ini mulai diresmikan pada tahun 2018. Namun di balik berdirinya tempat ini, ada kisah yang tidak biasa. Patrick Cahyo Lumintu, pengelola sekaligus anak dari tokoh spiritual setempat, mengisahkan bahwa semuanya berawal dari pengalaman rohani sang ayah, Thomas Sugianto.

“Dulu sempat ada rencana menjual tanah ini. Tapi tiba-tiba bapak saya melihat cahaya muncul dari dalam goa. Bukan sekali, tapi tiga kali, saat beliau sedang berdoa,” ungkap Patrick.

Cahaya itu datang pada saat situasi penuh kebimbangan. Bahkan saat itu sempat diusulkan goa ditutup karena dianggap tak layak dikembangkan. Namun pengalaman spiritual itulah yang menjadi titik balik. Para pengurus pun memutuskan untuk mempertahankan dan mengembangkan tempat ini sebagai ruang ziarah.

Thomas sendiri mengenang bahwa sebelum diputuskan, ada tiga lokasi goa yang diusulkan. Tapi hanya tempat inilah yang memberi tanda terang melalui pancaran cahaya. Pada tahun 2015 sempat dibangun sebuah gazebo kecil sebagai tempat berteduh, namun kini telah hilang karena longsor.

"Tempat ini sunyi, tapi bukan sepi. Justru di sinilah suara hati lebih terdengar," kata Thomas pelan.

Awalnya hanya sekitar 50 peziarah yang datang dalam setahun. Namun seiring berjalannya waktu dan kisah rohaninya tersebar, jumlah pengunjung perlahan meningkat.

Kini, setiap langkah menaiki 251 anak tangga bukan sekadar usaha fisik, tetapi juga simbol refleksi batin. Setiap pijakan mengingatkan bahwa dalam kehidupan, jalan menuju kedamaian sering kali harus dilalui dengan kesabaran dan keyakinan.

Goa Maria Wening Kalbu adalah saksi bahwa di tengah keheningan, cahaya bisa muncul. Dan dari situ, harapan pun tumbuh.