
JURNAL PAPAR, SURABAYA — Sebuah pertunjukan drama tari bertajuk Urban Youth 2025 akan digelar Jumat malam ini di Gedung Cak Durasim, Komplek Taman Budaya Jawa Timur. Mengangkat tokoh perempuan penting dalam sejarah Nusantara, Gayatri, pertunjukan ini menjadi ruang ekspresi anak muda kota yang dikemas dengan cara menghibur, namun tetap berpijak pada akar tradisi.
Selama 1,5 jam, penonton akan diajak menyelami kisah Gayatri tokoh kunci dalam berdirinya Kerajaan Majapahit dan istri dari Raden Wijaya. Dengan melibatkan 67 pemain, mulai dari penari, pemusik, hingga tim produksi, Urban Youth 2025 menjadi buah kerja keras lintas komunitas dan mahasiswa, sebagian besar berusia di bawah 25 tahun.
"Di Jawa Timur, banyak anak muda urban yang merasa kehilangan arah karena kurangnya sosok ibu yang membimbing. Gayatri adalah simbol ibu, kekuatan, dan kebijaksanaan. Itu alasan kenapa kami mengangkatnya," ujar Abing Santoso, selaku Art Director pertunjukan.
Proses produksi yang berlangsung selama dua bulan diwarnai tantangan utama dalam menyatukan jadwal seluruh tim yang padat. “Ini murni kerja teman-teman muda urban, dengan semangat tinggi tapi keterbatasan waktu,” lanjut Abing.
Pertunjukan ini memadukan drama, tari, dan musikalisasi modern. Inspirasi ceritanya berpijak dari naskah-naskah kuno seperti Pararaton dan Negarakertagama, namun dikemas dalam format kekinian dengan dukungan multimedia dan tata cahaya panggung yang interaktif.
Meski berjiwa modern, sentuhan tradisional tetap menjadi pilar. Kostum para pemain mengacu pada busana era Majapahit dengan pengembangan artistik. Tata riasnya pun menyatu antara nilai sejarah dan selera visual generasi masa kini.
Salah satu tokoh sentral, Rakuti, dimainkan oleh Achmad Dipoyono, seniman lintas gaya yang pernah mengajar di STKW Surabaya. “Peran ini membuat saya keluar dari pakem. Saya harus memadukan gerak khas Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ini tantangan, tapi juga kehormatan,” ungkapnya.
Untuk saat ini, Urban Youth 2025 hanya akan dipentaskan di Surabaya. Namun Abing berharap, pertunjukan ini bisa dikembangkan menjadi lebih megah dan tampil di panggung nasional, bahkan internasional.
“Ini bukan sekadar tontonan. Ini adalah ajakan untuk melihat kembali peran ibu, tradisi, dan sejarah kita melalui sudut pandang anak muda,” pungkasnya.
Tag
Berita Terkait
Tag
Arsip
Berita Populer & Terbaru
















































































































































































































































































































































































































































































































































































































Polling Online
Tidak ada polling tersedia.
Komentar