Impor April 2025 Melejit, Jawa Timur Kembali Alami Defisit Perdagangan

13 June, 2025

JURNAL PAPAR, SURABAYA - Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) mencatat nilai impor Jawa Timur periode Januari hingga April 2025 meningkat 1,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai impor tersebut tercatat mencapai 9,68 miliar dolar AS.

“Nilai impor Jawa Timur Januari hingga April 2025 senilai 9,68 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan sebesar 1,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024,” ungkap Kepala BPS Jatim, Zulkipli, dalam Berita Resmi Statistik (BRS), Kamis (5/6/2025).

Kenaikan ini turut didorong oleh meningkatnya impor nonmigas sebesar 10,33 persen dengan nilai 7,96 miliar dolar AS. Secara bulanan, impor Jawa Timur pada April 2025 mencapai 2,69 miliar dolar AS atau naik signifikan 21,51 persen dibandingkan April 2024.

Rinciannya, nilai impor nonmigas pada April 2025 sebesar 2,35 miliar dolar AS atau melonjak 39,49 persen. Sementara itu, impor migas justru turun drastis sebesar 35,27 persen, menjadi 344,66 juta dolar AS.

Perhiasan dan Pupuk Jadi Kontributor Peningkatan

Zulkipli menyebutkan, dari sepuluh komoditas utama nonmigas, perhiasan atau permata menjadi komoditas dengan lonjakan impor terbesar, yaitu naik 530,78 juta dolar AS atau setara 337,22 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Di sisi lain, penurunan tertinggi terjadi pada komoditas serealia yang turun hingga 439,52 juta dolar AS atau setara 53,05 persen.

Selain perhiasan, komoditas pupuk (HS 31) dan mesin serta peralatan mekanis (HS 84) juga mencatat kenaikan masing-masing sebesar 90,94 juta dolar AS (31,97 persen) dan 138,85 juta dolar AS (20,49 persen). Pupuk paling banyak diimpor dari Rusia sebesar 113,89 juta dolar AS dan Kanada sebesar 97,05 juta dolar AS. Adapun mesin dan peralatan mekanis paling banyak berasal dari Tiongkok (391,80 juta dolar AS) dan Jerman (74,78 juta dolar AS).

Secara keseluruhan, sepuluh golongan barang utama nonmigas ini menyumbang 59,17 persen dari total impor nonmigas, dengan pertumbuhan 10,67 persen secara tahunan.

Impor Bahan Baku Masih Mendominasi

Dari sisi penggunaan, impor bahan baku atau penolong mendominasi dengan nilai 7,92 miliar dolar AS atau naik 1,94 persen. Sementara impor barang modal naik 14,16 persen menjadi 723,42 juta dolar AS. Sebaliknya, impor barang konsumsi justru mengalami penurunan sebesar 7,64 persen menjadi 1,04 miliar dolar AS.

Neraca Perdagangan Masih Defisit

Meski ekspor dan impor sama-sama meningkat, Jawa Timur kembali mengalami defisit neraca perdagangan. Selama Januari hingga April 2025, defisit mencapai 1,37 miliar dolar AS. Hal ini disebabkan nilai impor yang lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor, yang hanya mencapai 8,31 miliar dolar AS.

“Defisit neraca perdagangan Jawa Timur tersebut, disebabkan nilai impor lebih tinggi dibandingkan nilai ekspornya,” terang Zulkipli.

Secara lebih rinci, defisit terutama disumbang oleh sektor migas yang mencatat defisit 1,51 miliar dolar AS. Sebaliknya, sektor nonmigas masih menunjukkan surplus 139,26 juta dolar AS, dengan nilai ekspor mencapai 8,10 miliar dolar AS dan impor 7,96 miliar dolar AS.

“Secara umum, kinerja sektor migas perlu diperbaiki agar neraca perdagangan Jawa Timur dapat berubah menjadi surplus,” pungkas Zulkipli.


Komentar