
JURNAL PAPAR, TUBAN – Sejumlah pedagang kantin di SMPN 1 Tuban mengeluhkan turunnya pendapatan secara drastis sejak pemerintah menerapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) setiap hari di sekolah. Suasana kantin yang biasanya ramai saat jam istirahat, kini terlihat sepi. Para pedagang pun mulai cemas akan kelangsungan mata pencaharian mereka.
Salah satu pedagang kantin, Sinta Dewi, menyebutkan pendapatannya kini hanya setengah dari biasanya. “Sebelum ada MBG, bisa dapat sekitar Rp300 ribu per hari. Sekarang paling banter Rp150 ribu. Turun drastis. Kasihan kami yang mengandalkan penghasilan harian dari sini,” ujar Sinta kepada wartawan, Selasa (17/6).
Sinta berharap pemerintah dapat mempertimbangkan kembali frekuensi pemberian MBG. Ia menilai pembagian setiap hari justru mematikan roda ekonomi kecil yang sudah lebih dulu ada di lingkungan sekolah.
“Pesannya buat pemerintah, kalau bisa MBG jangan diberikan setiap hari. Cukup beberapa kali dalam sebulan. Supaya pedagang juga punya ruang mencari rezeki. Jangan setiap hari, nanti kasihan yang di sini,” tegasnya.
Keluhan serupa disampaikan Feriati, pedagang lain yang turut terdampak program MBG. Menurutnya, waktu pembagian makanan yang terlalu pagi membuat siswa kehilangan selera untuk jajan di kantin.
“Kadang MBG dibagikan terlalu pagi, jam 8 misalnya. Akhirnya siswa kenyang duluan, dan kantin mati total. Tidak ada yang beli sama sekali,” ujarnya.
Feriati mengusulkan agar waktu pembagian MBG disesuaikan, misalnya setelah istirahat kedua, agar kantin tetap hidup dan siswa tetap mendapatkan manfaat gizi.
“Kalau dibagi setelah istirahat kedua, kan lebih adil. Program jalan, kantin juga tetap bisa beroperasi. Jangan sampai salah waktu bikin program bagus jadi beban buat kami,” katanya.
Ia juga menyoroti ketidakkonsistenan jadwal pembagian MBG yang membuat pedagang sulit beradaptasi. “Kadang tiba-tiba pagi banget, kadang siang. Tidak ada kepastian. Kami butuh kejelasan agar bisa tetap bertahan,” imbuh Feriati.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program MBG, meskipun dimaksudkan untuk meningkatkan gizi siswa, juga membawa konsekuensi ekonomi terhadap pelaku usaha kecil di lingkungan sekolah. Para pedagang berharap ada evaluasi dan solusi dari pemerintah daerah agar manfaat program tidak menyingkirkan sumber penghidupan warga sekitar.
Berita Terkait

Ekonomi Jawa Timur Menggeliat! Nilai Impor Kuartal Pertama 2025 Bukukan 9,68 Miliar Dolar AS

UMKM Jatim Unjuk Gigi di Eastfood Expo 2025, Kolaborasi Jadi Kunci Inovasi Kuliner Nasional

Arsitektur Ala Majapahit, Al-Hambra Resto and Fishing Gresik Cocok untuk Kumpul Keluarga dan Mancing

Maknyus Banget! Hotel Santika Gresik Hadirkan Kuliner Nusantara dengan Harga Merakyat

Meriah! B&M Fest 2025 Dihebohkan Komunitas Senam Ibu-ibu se Kecamatan Montong Tuban

Digelar 31 Mei-1 Juni, Jurnal Papar Siap Ramaikan B&M Fest 2025 dengan Konsep Interaktif dan Penuh Ekspresi

Kisah Pasutri asal Plumpang Tuban Bertahan Hidup dari Jualan Tempe: Semua karena Warisan Rasa!

Jelang Idul Adha, Ini Update Terbaru Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Tradisional Tuban

Aulia Mustikasari Makin Mocer! Karir Politik Melambung, Kini Diganjar Penghargaan Berkat Batik Gedog Tuban

Mau Usaha Naik Kelas? Ini Cara Urus Sertifikasi Halal dan Merek di Tuban via Online, Gratis Tis!

Serapan Belanja Pemerintah Pusat di Tuban Lesu, DAK Fisik dan Dana Desa Masih Nol Rupiah
Tag
Arsip
Berita Populer & Terbaru










































































































































































































































































































































































































































































































































































Polling Online
Tidak ada polling tersedia.