Pendapatan Anjlok, Pedagang Kantin SMPN 1 Tuban Keluhkan Dampak Program MBG Harian

17 June, 2025

JURNAL PAPAR, TUBAN – Sejumlah pedagang kantin di SMPN 1 Tuban mengeluhkan turunnya pendapatan secara drastis sejak pemerintah menerapkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) setiap hari di sekolah. Suasana kantin yang biasanya ramai saat jam istirahat, kini terlihat sepi. Para pedagang pun mulai cemas akan kelangsungan mata pencaharian mereka.

Salah satu pedagang kantin, Sinta Dewi, menyebutkan pendapatannya kini hanya setengah dari biasanya. “Sebelum ada MBG, bisa dapat sekitar Rp300 ribu per hari. Sekarang paling banter Rp150 ribu. Turun drastis. Kasihan kami yang mengandalkan penghasilan harian dari sini,” ujar Sinta kepada wartawan, Selasa (17/6).

Sinta berharap pemerintah dapat mempertimbangkan kembali frekuensi pemberian MBG. Ia menilai pembagian setiap hari justru mematikan roda ekonomi kecil yang sudah lebih dulu ada di lingkungan sekolah.

“Pesannya buat pemerintah, kalau bisa MBG jangan diberikan setiap hari. Cukup beberapa kali dalam sebulan. Supaya pedagang juga punya ruang mencari rezeki. Jangan setiap hari, nanti kasihan yang di sini,” tegasnya.

Keluhan serupa disampaikan Feriati, pedagang lain yang turut terdampak program MBG. Menurutnya, waktu pembagian makanan yang terlalu pagi membuat siswa kehilangan selera untuk jajan di kantin.

“Kadang MBG dibagikan terlalu pagi, jam 8 misalnya. Akhirnya siswa kenyang duluan, dan kantin mati total. Tidak ada yang beli sama sekali,” ujarnya.

Feriati mengusulkan agar waktu pembagian MBG disesuaikan, misalnya setelah istirahat kedua, agar kantin tetap hidup dan siswa tetap mendapatkan manfaat gizi.

“Kalau dibagi setelah istirahat kedua, kan lebih adil. Program jalan, kantin juga tetap bisa beroperasi. Jangan sampai salah waktu bikin program bagus jadi beban buat kami,” katanya.

Ia juga menyoroti ketidakkonsistenan jadwal pembagian MBG yang membuat pedagang sulit beradaptasi. “Kadang tiba-tiba pagi banget, kadang siang. Tidak ada kepastian. Kami butuh kejelasan agar bisa tetap bertahan,” imbuh Feriati.

Fenomena ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program MBG, meskipun dimaksudkan untuk meningkatkan gizi siswa, juga membawa konsekuensi ekonomi terhadap pelaku usaha kecil di lingkungan sekolah. Para pedagang berharap ada evaluasi dan solusi dari pemerintah daerah agar manfaat program tidak menyingkirkan sumber penghidupan warga sekitar.