Misteri "Gowok" Terungkap: Guru Seks Jawa Kuno, Lebih dari Sekadar Judul Film yang Viral

17 May, 2025

JURNAL PAPAR - Gelombang perbincangan tentang "Gowok" tak terhindarkan di linimasa media sosial dalam seminggu terakhir. Rasa penasaran publik memuncak seiring dengan rilis penayangan film berjudul "Gowok: Kamasutra Jawa". Di balik kehebohan ini, tak sedikit yang bertanya-tanya: Sebenarnya, apa itu "Gowok"?

Film "Gowok: Kamasutra Jawa" garapan Hanung Bramantyo telah tayang di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. Namun film ini baru akan tayang di bioskop Indonesia pada Kamis, 5 Juni 2025. 

Dikutip dari IMDb, film ini mengangkat kisah tentang profesi gowok dalam tradisi Jawa Kuno. Gowok merupakan guru yang berbeda dengan tenaga pendidik di sekolah formal. Sebab, gowok ini berperan sebagai guru yang mengajarkan keterampilan seksual kepada calon pengantin pria.

Sebelum melangsungkan pernikahan, keluarga pria akan menyewa gowok untuk mengajarkan cara memuaskan istri.

Singkat cerita, film ini mengambil latar belakang rentang waktu 1955–1965. Perempuan bernama Nyai Santi berperan sebagai gowok mengajarkan para calon pengantin dengan tujuan bisa memastikan keharmonisan dalam rumah tangga. Tak sekedar kepuasan seksual.

"Dulu di Jawa, laki-laki yang udah mulai dewasa akan dititipkan ke seorang perempuan yang biasa dipanggil Gowok untuk belajar hal-hal tentang rumah tangga. Lantas apa aja yang dipelajarin sang lelaki?

Gowok Kamasutra Jawa, tayang 5 Juni 2025 di bioskop!," demikian bocoran dari akun istagram @mvppictures_id dikutip JurnalPapar.com, Rabu, 14 Mei 2025.

Asal Usul Tradsi Gowok

Dirangkum dari berbagai sumber, istilah Gowok lahir di kisaran abad ke-15 M. Tradisi ini lahir untuk mengenang sosok perempuan bernama Goo Wok Niang yang datang ke Jawa bersama rombongan Tiongkok di bawah Laksamana Cheng Ho.

Misi utamanya adalah perdagangan sekaligus juga mengenalkan mengenai budaya tradisional Tiongkok yang masyhur.

Tradisi gowok sendiri diartikan sebagai pemberian pelatihan kedewasaan kepada seorang laki-laki dewasa yang hendak menikah. Calon pengantin pria harus belajar kepada seorang perempuan yang berprofesi sebagai Gowok. 

Menjadi wanita sebagai Gowok tidaklah mudah, karena harus memiliki kriteria tertentu, seperti memiliki pengetahuan luas mengenai seluk beluk rumah tangga, berbadan bagus, rambut panjang, berwajah cantik, dan tentunya harus sabar dan tekun mendidik. 

Dengan kriteria-kriteria itu, diharapkan para orang tua akan terpikat dengan seorang Gowok dan menyerahkan anak laki-lakinya.

Kenapa Profesi Gowok Dihormati?

Dulu, profesi Gowok dihormati karena  mampu membentuk laki-laku menjadi suami yang matang, yang bisa memuaskan seorang istri secara lahir dan batin.

"Gowok jadi cerminan perempuan bermartabat. Bayangin, tugas utama Gowok adalah mengajarkan pendidikan seks pada laki-laki. Ini tentunya harus punya kontrol diri yang lebih tinggi. Nggak heran Gowok jadi representasi kalau perempuan punya kendali atas dirinya," tulis @mvppictures_id.

"Biasanya cuma keluarga bangsawan dan kaya raya yang menitipkan putranya ke Gowok. Salah satu alasannya, perlu keluar modal buat bayar jasarnya. Selain uang sekitar 0,25-0,35 Gulden per hari, kadang masih dikasih beras dan kelapa sebagai ucapan terima kasih," sambungnya.

Tadisi Tabu, tapi Nyata

Banyak yang menyebut tradisi ini membudaya di masyarakat Jawa. Bahkan disebut-sebut saat itu pergowokan sangat populer di wilayah Banyumas, Jawa Tengah.

Namun tradisi ini dianggap tidak sesuai dengan norma, bahkan bisa dianggap sebagai perbuatan tabu.

Mengutip dari National Geographic Indonesia, seorang calon pengantin laki-laki malah tergoda dan jatuh hati kepada gowok, sehingga menjadi aib bagi keluarganya.

Meskipun menuai kontroversi sejak lama, setelah menguatnya budaya dan ajaran Islam di Banyumas, tradisi ini perlahan meluntur dan hilang ditelan zaman. Kisah tradisi ini hanya meninggalkan jejak sejarah. 

Kini, Gowok kembali ramai dibicarakan setelah divisualisasi dalam sebuah film berjudul "Gowok: Kamasutra Jawa". ***