Mandek Bertahun-tahun, Proyek Kilang Tuban Belum Temui Titik Terang

31 May, 2025

PAPAR, TUBAN - Nasib megaproyek kilang minyak GRR Tuban di Jawa Timur kembali menjadi sorotan. Setelah sempat dijanjikan rampung Final Investment Decision (FID) pada awal 2024, proyek strategis nasional ini kembali mengalami penundaan. Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Adityawarman, mengungkapkan bahwa keputusan investasi baru ditargetkan tuntas pada kuartal IV/2025.

"FID Rosneft itu kalau gak salah di kuartal IV ini rencananya selesai proses," ujar Taufik saat ditemui di ajang IPA Convex 2025 di ICE BSD, Tangerang, Selasa (20/5/2025).

Penundaan ini menambah panjang daftar hambatan proyek yang sejak awal menggandeng perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft. Keterlibatan Rosneft menjadi tantangan tersendiri, mengingat Rusia masih dibayangi sanksi ekonomi dari Barat akibat konflik berkepanjangan dengan Ukraina. Situasi geopolitik global ini membuat kelanjutan proyek tidak bisa sepenuhnya dikendalikan oleh KPI.

Padahal, proyek Grass Root Refinery Tuban diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pengolahan minyak nasional secara signifikan. Namun, hingga kini, pembangunan fisik kilang belum berjalan karena masih terjebak dalam tahapan administrasi dan perencanaan.

Selain molornya FID, nilai investasi proyek pun membengkak signifikan. Taufik menyebut, proyeksi kebutuhan dana kini mencapai US$23 miliar atau sekitar Rp377,38 triliun (kurs Rp16.408 per dolar AS). Angka ini naik jauh dari estimasi awal sebesar US$13,5 miliar atau Rp205,05 triliun.

"Proyeksi [investasi] pasti lebih, dampak time value of money," kata Taufik singkat.

KPI menyebut proses Engineering, Procurement & Construction (EPC) masih berlangsung secara paralel sembari menunggu FID. Namun, tanpa keputusan investasi yang jelas, banyak pihak mulai mempertanyakan arah dan masa depan proyek yang telah bertahun-tahun masuk daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut.

Dengan ketidakpastian politik global, tantangan ekonomi domestik, dan terus melambatnya proses finalisasi, masa depan Kilang Tuban kini berada di persimpangan. Mampukah proyek ini benar-benar terealisasi? Ataukah hanya akan menjadi catatan dalam deretan rencana ambisius yang gagal diwujudkan?