Saya adalah Gen-Z yang telah melewati fase coming soon.
Tuban sedang romantis. Badan saya menggigil terkena AC, saya pikir karena terlalu dingin, ternyata di luar hujan. Deras sekali sampai saya tidak bisa sarapan selama 4 jam lamanya. Perut buncit saya menyanyi dari pagi. Indie kos saya sebenarnya tidak jauh dari tempat makan, hanya 100 meter sudah sampai. Tapi saya tidak punya payung maupun jas hujan untuk melindungi tubuh mungil saya ini.
Namun, ketika hujan saya jadi refleksi diri. Untuk apa sebenarnya Jurnal Papar hadir di tengah buruknya ekosistem media dan lay off yang banyak dilakukan oleh perusahaan media lain. Jika Anda mencari orang di balik Jurnal Papar, cari saya, Yulian Ibra.
Sejak bulan Februari 2025, saya sering menangis setiap malam. Sering, bukan selalu. Anda pasti akan bilang "Kok berani ya ? Orang dengan secuil pengalaman membuat media, di Kabupaten lagi." Betul. Bohong kalau saya tidak ragu dan takut. Namun, ada yang lebih dari sekadar ukuran rekening.
Kebermanfaatan
Bukan seperti janji politikus. Ini kerja tim, bukan kerja Yulian Ibra. Mereka yang hebat, bukan saya. Jurnal Papar akan dibesarkan di Kabupaten Tuban.
Betul. Tuban memiliki Sumber Daya Manusia yang bermutu dan berkualitas. Saya bisa bersaksi mereka semua orang hebat. Namun, kurang didukungnya fasilitas yang lebih baik. Saya tidak bilang fasilitasnya kurang. Namun kurang dimanfaatkan dengan maksimal.
Saya terharu.
Sejauh ini Jurnal Papar memiliki 5 karyawan yang berasal dari Tuban asli. Masih akan terus bertambah. Latar belakang mereka adalah mahasiswa dan pekerja non media. Mereka punya semangat dan idealis yang membuat saya malu. Mereka belum mengambil jatah libur sama sekali dalam satu bulan berjalan ini. Sampai kita paksa. Mereka tidak mau.
Setiap minggu, kami adakan evaluasi dan kelas mini untuk mereka bisa menambah self-values serta ilmu jurnalistik mereka. Selama kelas, saya merasa bersyukur sekali, bahkan seringnya hampir menangis. Mereka antusias dan sering kali saya mendengar kata "Mas, terima kasih ya." "Mas, saya baru dapat ilmu ini." "Mas, ini begini ya. Ini begitu ya." Bukan hanya dengan saya, namun juga dengan pimpinan redaksi dan redaktur juga. Kami intens berkomunikasi walau via daring.
Rasa Tanggung Jawab
Jika saya belum bisa bermanfaat untuk Kabupaten Tuban, saya harus bisa bermanfaat untuk karyawan saya dan orang sekitar saya. Sebagai Gen-Z yang tiba-tiba menjadi direktur, saya harus belajar banyak untuk membuat sistem dan ekosistem. Ini bukan seperti memimpin Badan Eksekutif Mahasiswa yang dulu saya lakukan. Atau memimpin tim Marketing atau sales. Ini kompleks. Namanya juga bisnis, pasti harus banyak yang dibakar. Namun yang paling sulit adalah mencari bahan bakar yang pas.
Tuban yang sedang romantis ini membuat saya bertanya-tanya, kenapa Tuhan menciptakan saya ? menciptakan Anda dan bahkan menciptakan hujan yang membuat saya makin berpikir mengenai tujuan hidup saya. Tiba-tiba air mata saya menetes sambil bilang "Pak Tommy- red. Direktur Utama Harian Disway, maafkan diriku yang dulu selalu berdosa kepadamu." Ujarku sambil mengelap air mata sekarang ini.
Walau Saya Bukan Orang Tuban. Saya merasa memiliki Kabupaten Tuban.
Seperti kata Ian Hugen, pilihannya hanya ada dua mengeringkan badan atau basah kuyup sekalian. Saya memilih untuk basah kuyup.
Jurnal Papar akan selalu menjadi laboratorium untuk mereka yang ingin belajar dan mendapatkan manfaat. Kami bukan media abal-abal seperti yang diomongkan orang. Produk baru pasti jika tidak melalui proses jatuh bangun tidak akan berhasil, kan ? Kami akan menujukan kepada Anda, bagaimana fungsi sebenarnya dari sebuah media yang dikenal sebagai "penggiring opini" itu. Lebih dari itu, kami mampu menusuk pikiran Anda. Karena kami punya rumusnya. Kami tidak jahat. Kami membawa manfaat. Kolom Papar Indiekos nanti akan digunakan untuk kalian yang ingin menyuarakan suara akar rumput bersama kami di Jurnal Papar. Silakan.
Kami hanya orang baru. Mohon bantuannya. ***
Berita Populer & Terbaru
Polling Online
Tidak ada polling tersedia.
